3 Kebiasaan Bila Terjadi Kenaikan Harga Beras

Sudah seminggu ini harga beras menggila. Kalau gak salah kenaikan kali ini adalah yang tertinggi sepanjang sejarah perberasan nasional. Bagaimana enggak gila tuh, kenaikannya sudah gak wajar hingga 30% dari harga sebelumnya.

Uniknya Menteri Perdagangan (Mendag) Rachmat Gobel mengatakan bahwa stok beras di bulog masih cukup untuk mengendalikan harga sembari menunggu masa panen raya yang jatuh pada akhir Maret ini sehingga pasokan ke pasar akan kembali normal-(Jawa Pos, 23/2). 

Pertanyaannya, kalau memang stok mencukupi kenapa beras harganya menggila ?

Nah, seperti biasanya kalau ada permasalahan publik yang muncul apalagi skala nasional, maka sudah jamaknya memunculkan attitude saling tuduh, saling lempar masalah, mencari benarnya sendiri dan yang paling seru adalah mencari kambing hitam. 

Gak percaya ?  Berikut catatan saya sejak dulu kala 3 kebiasaan yang muncul ketika terjadi kenaikan beras (sembako) :

Kebiasaan pertama, pemerintah selalu mengatakan bahwa kenaikan harga beras dipicu kurangnya pasokan dari beberapa daerah sentra produksi padi karena anomali cuaca entah gara-gara musim hujan yang berkepanjangan atau sebab lain.

Kebiasaan Kedua, selain alasan pasokan biasanya yang diwacanakan ke publik adalah adanya mafia beras nakal yang sengaja mempermainkan harga beras dengan cara menimbun beras untuk menciptakan kelangkaan pasar. 

Kebiasaan Ketiga, Mengkambinghitamkan pedagang dan tengkulak yang menjual beras lebih tinggi dari yang diwajibkan pemerintah yakni rp 7.400 / liter sedangkan pemerintah telah menentukan harga rp 6.800 / liter.  

Okelah, kalau seandainya saja 3 kebiasaan diatas benar, kenapa ini selalu terjadi. Bukankah pemerintah seharusnya mempunya strategi jitu untuk mengantisipasinya, sebelum itu terjadi.  

Pemerintah selalu saja menjadikan operasi pasar sebagai program unggulan. Padahal operasi pasar seringnya bersifat sporadis dan kebanyakan dilakukan ketika sudah terjadi kenaikan harga. Walaupun demikian, dibeberapa tempat seperti di Jatim, operasi pasar tidak benar-benar menurunkan harga beras.
Saya tidak bermaksud sekptis loh. Hanya merasa ada yang ngganjel saja di benak. Dari pemerintahan ke pemerintahan pola dan kebijakan terkait harga-harga sembako nyaris sama. Bukahkah seharus diyakini bahwa kebiasaan yang sama pasti menghasilkan hasil yang sama.

Sepertinya kalau pemerintah tidak mengubah pola dan kebijakannya maka swasembada pangan juga jadi ambigu. Entahlah !





Komentar

  1. dirumah saya 1 liter beras 12 ribu mba, emang bener bener parah sekali, seperti ada yang memainkan harga beras. pemerintah harus bertindak tegas dengan hal ini, bagaimana mau mewujudkan negara swasembada pangan, kalo sekarang aja seperti ini...

    BalasHapus
    Balasan
    1. itulah mas, kita berharap adanya antisipasi dari pemerintah...

      Hapus
  2. kebiasaan yang absurd..

    iya neh lagi mahal, jatah belanjaan dapur minta tambah, kan nggak mungkin ngecilin porsi :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. kebayangkan gimana sedihnya seorang istri kalau begini...apalagi jatahnya gak nambah-nambah....:) alternatif paling realistis ya substitusi dengan jagung atau ketele he..he..he...

      Hapus
  3. Di sini yg standar (ga terlalu bagus tp juga ga jelek2 amat) kemarin beli 250 ribu/sak isi 25 kg Mak. Yg bagus 300ribuan. Padahal yg bagus seminggu lalu masih 250ribu :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mak, sebulan ini di jogja sudah naik 3 x...yang 25 merek C4 Naga 260 rb sekarang tembus angka 325 loh mbak...sedih rasanya...

      Hapus
  4. Assalaamu'alaikum wr.wb, mbak Yuni.... rupanya di sana beras ditimbang pake liter, mbak ya. Kalau di Malaysia beras ditimbang pake kilogram. Memang kalau beras naik harga akan menyusahkan rakyat yang menjadikan beras sebagai makanan ruji. Di Malaysia jarang berlaku kenaikan beras kerana ia merupakan harga kawalan. tetapi selalu berlaku kenaikan harga tepung gandum (terigu) dan harga minyak masak. Mudahan pihak pemerintah peka dan prihatin dengan kesusahan rakyat ya. Salam manis dari Sarikei, Sarawak. :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Walaikumssalam Wr.Wb. Mbak Fatimah,
      Di Indonesia pakai 2 sistem timbangan. Itu hanya masalah bahasa pemakaian sehari-hari saja. Dikampung saya sama seperti di tempat mbak fatimah, pakai hidungan Kg. Tetapi beberapa tempat memakai liter. Harga beras di Indonesia memang fluktuatif mbak...walaupun pemerintah telah menentukan harga patokan.

      terima kasih kunjungannya...

      Hapus
  5. informasi yang sangat menarik dan bermanfaat nih
    terimakasih banyak gan
    salam sukses selalu

    BalasHapus
  6. keren gan info nya
    terimakasih info nya
    ditunggu update nya gan gan

    BalasHapus
  7. info nya sanga menambah wawasan , info inf lain nya di tunggu juga , terimakasih

    BalasHapus

Posting Komentar

HIMBAUAN BERKOMENTAR :
1. Tersenyum Dulu | 2. Berkomentarlah sesuai dengan artikel diatas | 3. Gunakan Open ID / Name Url / Google+ | 4. Gunakan Bahasa Yang Jelas | 5. Jaga Kesopanan Ingat Pasal 27, Pasal 28, dan Pasal 29 UU ITE :) | 6. Jangan Nye-SPAM | 7. Maaf, link aktif otomatis terhapus| 8. Jangan Berpromosi | 9. Jangan minta transfer pulsa | 10. Begitulah.

Postingan Populer