Mengajarkan Kejujuran Kepada Anak, Langkah Kecil Untuk Indonesia Bebas Korupsi

Keluarga Kecil Berani Jujur
Korupsi? Ya, kegiatan memperkaya diri sendiri dengan cara ilegal ini masih marak terjadi di Indonesia. Walaupun korupsi dikategorikan sebagai kejahatan luar biasa, tetap saja masih banyak yang tergoda melakukannya. Pantas saja republik ini terseok-seok dalam mengentaskan kemiskinan, menciptakan pemerataan kesejahteraan dan melakukan pembangunan yang berkelanjutan.

Beruntung bangsa ini punya KPK beserta penegak hukum lainnya, paling tidak upaya menangkap para koruptor tetap berjalan secara silmultan.

Sebagai orang awam, saya paling seneng melihat berita tentang keberhasilan KPK melakukan operasi tangkap tangan para koruptor. Terkadang mengejutkan karena saya tidak menyangka sama sekali kalau bapak A, B atau C yang notabene adalah pejabat negara keluar gedung KPK dengan baju oranye bertuliskan "Tahanan KPK". Saya juga tidak menyangka bila ibu D, E atau F yang selalu santun berbicara di televisi harus memakai baju yang sama. Sampai bingung siapa yang harus dipercaya....

Penindakan Kasus Korupsi 2015
Coba kita cermati data annual report 2015. Komisi Anti Korupsi (KPK) sukses mengungkap 57 kasus praktik korupsi di republik ini. Bila ditilik berdasarkan instansi atau kelembagaan, kementerian/lembaga paling banyak dihinggapi kasus korupsi (21 kasus) disusul berturut-turut adalah korupsi yang terjadi di tingkat propinsi (18 kasus), pemkab/pemkot (10 kasus), BUMN/BUMD (5 kasus) dan DPR-RI (3 kasus).

Korupsi by Lembaga
Bila dilihat berdasarkan profesi, ternyata anggota DPR & DPRD mendapatkan predikat terbanyak terlibat kasus korupsi (19 kasus), swasta (18 kasus), pejabat eselon I,II & III (7 kasus), Walikota, bupati dan wakil (4 kasus), gubernur (4 kasus), kementerian/lembaga (3 kasus), hakim (3 kasus) dan lain-lain (5 kasus).

Korupsi by profesi
Nah, kalau dilihat dari jenis perkara/modusnya, penyuapan masih menjadi modus paling banyak dengan 38 perkara. Walaupun modus ini "dianggap model klasik", tetapi dalam lima tahun terakhir, modus ini selalu menjadi yang paling banyak terungkap.

Selain penyuapan, kasus korupsi yang menonjol adalah pengadaan barang sebanyak 14 kasus dan penyalahgunaan anggaran sebanyak 2 kasus. Masing-masing 1 kasus diungkap adalah terkait perijinan, pungutan liar dan pencucuian uang.
Korupsi by kasus
Dari kasus-kasus yang diungkap KPK di tahun 2015 tersebut, 38 kasus diantaranya telah mempunyai kekuatan hukum tetap.  Nah, berkat putusan berkekuatan hukum tetap tersebut ini KPK berhasil menyelamatkan uang sebanyak Rp 198 miliar hasil korupsi. Uang tersebut kemudian dikembalikan kepada negara dalam bentuk Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari penanganan perkara, untuk pembangunan.

Korupsi Sebuah Kompleksitas
Saya suka mumet sendiri menebak-nebak bagaimana sih korupsi ini bisa terjadi. Tetapi, kalau dipikir-pikir korupsi terjadi karena adanya niatan (intention/desire) para pelakunya. Niatan ini difasilitasi oleh sikap (attitude) dari ekosistem di sekelilingnya. Artinya, perilaku korupsi bukan suatu peristiwa atau kegiatan yang berdiri sendiri, akan tetapi sebuah kompleksitas yang menyangkut banyak hal sebagai sebuah sebab akibat.
DIRECT POINTS
Sepanjang tahun 2015, KPK telah mengungkap 57 kasus korupsi, 38 kasus telah inkrah'
Sejumlah 198 M telah dikembalikan ke bentuk Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari penanganan perkara;
Korupsi bukan peristiwa berdiri sendiri tetapi sebuah kompeksitas sebab akibat;
Korupsi adalah sebuah prilaku akibat buruknya moral pelakunya karena jauh dari nilai-nilai agama;
Pendekatan religi/agama menjadi solusi paling utama menyelesaikan masalah moralitas;
Pemberantasan korupsi membutuhkan dukungan semua element bangsa;
Partisipasi masyarakat bisa dimulai dari keluarga dengan mengajarkan kejujuran pada putra-putrinya; 
Kejujuran walaupun kecil mempunyai dampak besar bagi moralitas anak di masa depan;

Sesungguhnya speak-speak tentang korupsi itu belum ketemu akarnya. Ibarat pohon nih, kita masih bicara tentang daunya, rantingnya, dahan-dahannya mungkin juga tentang batangnya sedangkan akarnya belum ketemu. Kok begitu? Iya, bisa jadi karena akarnya tidak kelihatan karena terpendam jauh di dalam kegelapan tanah.

Petanyaannya, bagaimana pohon bisa mati kalau hanya ditebang batangnya, apalagi hanya sekedar memotong daun atau rantingnya.

Satu-satunya cara mematikan pohon secara permanen adalah mencabut hingga akar-akarnya. Begitu pula halnya dengan korupsi. Itulah kenapa walaupun penegakan hukumnya begitu masif, KPK telah memenjarakan begitu banyak para koruptor, tetapi korupsi masih saja terjadi disana-sini.

Hal itu disebabkan akar permasalahan korupsi belum bisa ditemukan secara pasti. Korupsi di negara kita masih dilihat secara parsial, sesuai dengan bidang ilmu masing-masing. Ada yang menyoroti dari sisi organisasi karena alasan SOP dan lemahnya pengawasan, adanya memberi solusi dari sisi penegakan hukum (Law Enforcement) atau dari sisi sosial dan budaya. Walaupun menurut saya hal ini belum menyentuh akar, tetapi turut memperkaya wacana pemberantasan korupsi di Indonesia .


Akar Korupsi : Moralitas
Saya menyakini bahwa korupsi itu sebuah perilaku (buruk). Sedangkan perilaku buruk seseorang terbentuk karena akhlak yang buruk pula. Nah, ketika kita bicara akhlak dan moral maka mau tidak mau kita membicarakan tentang moralitas yang diatur oleh tata nilai, dogma dan doktrin tentang baik-buruk, benar dan salah. Sedangkan satu-satunya tempat yang menjelaskan tentang hal ini secara mutlak hanyalah ajaran agama.

Jadi menurut saya, akar permasalahan korupsi adalah karena seseorang tidak bermoral karena tidak benar-benar menjalankan ajaran/syariat agama dengan baik dan benar. Itu saja. Agama mana sih yang mengajarkan tentang keburukan. Agama mana yang mengajarkan ketidakjujuran. Semua agama di dunia pasti mengajarkan untuk tidak mencuri, merampok dan merampas hak orang lain.
Akar Korupsi

Kami Memulai Dari Keluarga
Pemberantasan korupsi membutuhkan dukungan siapapun yang merasa bertumpah darah, berbangsa dan berbahasa satu, Indonesia. Itu berarti kami terlibat didalamnya. Kami pun merasa memiliki bangsa ini dan selalu semangat untuk berpartisipasi dalam program pemerintah dalam upaya memberantas korupsi yang masih bermunculan disana-sini. Langkah kecil kami dimulai dari keluarga sendiri. 

Kami menyakini prilaku korupsi disebabkan akhlak yang buruk akibat tidak berimannya seseorang, oleh sebab itu langkah dasar yang kami lakukan adalah membekali keluarga dengan pendidikan agama. Salah satu inti ajaran agama yang selalu kami tekankan adalah menerapkan sikap jujur dalam segala hal. Walaupun sepele dan kecil, tetapi kejujuran kecil ini akan berdampak besar bagi perilaku anak-anak kami di masa yang akan datang.

Prinsip kami adalah “You TELL me I'll FORGET but IF you SHOW me I'll REMEMBER”, artinya sebagai orang tua, kami tidak hanya sekedar memberi nasehat agar putra-putri kami berani bersikap dan memegang prinsip AKUANAKJUJUR, tetapi kami pun dituntut untuk mencontohkan dalam interaksi keluarga sehari-hari.

Kami sadar bahwa kecenderungan anak adalah imitatif (meniru) sehingga kami sangat berhati-hati dalam bersikap dan bertutur kata apalagi di depan putra-putri kami. Ini dia 4 (empat) kebiasaan di keluarga kami dalam berinteraksi dan melatih kejujuran pada anak.

4 Cara Kami Melatih Kejujuran



Apa yang kami ajarkan sedikit banyak membuahkan hasil. Salah satu contohnya adalah sebagai berikut,
Pada bulan Romadhlon kemarin Si kecil Ayunda mengikuti Festival Anak Taqwa yang diadakan RSI PDHI Kalasan untuk lomba hafalan Juz 'Amma. Pesertanya umum setingkat SD dan SMP. 

Sebelum lomba, juri memberikan lembaran kertas yang harus diisi semua peserta tentang surah-surah mana yang belum dihafal. Saya tidak menyangka kalau Ayunda memasukan beberapa surah dalam list sebagai yang belum hafal.

Padahal saya tahu kalau Ayunda sudah hafal seluruh surah dalam Juz 'Amma tersebut karena selain ustaz dan ustazahnya di sekolah, saya pun setiap habis mahgrib atau setiap ada kesempatan selalu mengetes hafalanya.
Nah, sambil menunggu pengumuman lomba, Ayunda cerita sendiri yang kepada saya tentang hal itu. Saya pun heran dan menanyakan, kenapa begitu. Ayunda menjawab,

"Ayunda masih ragu hafalan surah-surah itu ma. kadang hafal, kadang lupa karena beberapa ayat di tengah ada yang hampir sama bacaanya.

Dari pada nanti ditanyakan juri dan gak bisa jawab, mending Ayunda jujur kalau memang belum 100% hafal surah-surah itu, ma. Maaf ya ma..."

Terima kasih Ya Allah, Engkau bimbing putri kami! Kejujuran Ayunda ternyata membawa berkah. Ia berhasil menjadi juara 1, mengungguli peserta-peserta yang lain bahkan yang lebih senior darinya.
Ayunda

Sikap jujur Ayunda juga berkat didikan ustad-ustazahnya di sekolah. Sampai saat ini Ayunda paling anti, tidak mau dan akan marah besar bila kakaknya mau membantu mengerjakan PR sekolahnya. Dia selalu bilang "Enggak..enggak boleh. Uztadzah Roffi bilang harus jujur ngerjakannya, nggak boleh dikerjain orang tua atau siapapun." Padahal kakaknya hanya bermaksud membantunya saja.

Demikian juga dengan Arya, putra kami yang pertama. Apapun tugas sekolahnya, dia berusaha untuk mengerjakan sendiri walaupun hasilnya kadang kurang memuaskan. Tetapi itulah kenyataannya. Insya Allah, Arya pun menerapkan kejujuran yang kami ajarkan dari mulai hal kecil.
Arya

Sebagai orang tua, kami hanya bisa mendampingi, menasehati mereka dan memberi contoh, bahwa menjadi apapun kelak, di manapun berada, dalam kondisi apapun agar mereka tidak meninggalkan sholat dan ajaran agama serta selalu berbuat baik dan jujur. Hal inilah yang akan membuat hidup terhormat di mata manusia dan Tuhan.

Kiranya artikel ini bisa menjadi inspirasi bagi siapapun yang membacanya untuk Indonesia yang lebih baik dan sejahtera, bebas dari perilaku korupsi.


 Referensi :
1. acch.kpk.go.id
2. annual report KPK 2015

    


Komentar

  1. Pertamaxxx . Kejujuran memang harus selalu ditanamkan pada anak dari dini , agar selalu terbiasa dengan kejujuran .

    BalasHapus
  2. Membiasakan anak untuk jujur susahnya minta ampun, harus benar2 teliti sebagai orang tua. Sikap acuh dan tidak peduli yang membuat anak merasa tidak diperhatikan dapat memicu ketidakjujuran karena anak justru yang jadi meneliti bahwa kita lengah dan mudah dibohongi.

    BalasHapus
  3. Blog dan tulisan yang keren... butuh belajar banyak nih mba....

    BalasHapus
    Balasan
    1. sama mbak...saya juga masih belajar...anyway thanks ya buat kunjungannya...

      Hapus
  4. Memang harus diberi didikan sejak dini agar nanti kalau sudah besar tidak menjadi orang yang merugikan semua pihak. Tulisan yang membangun (y)

    BalasHapus
  5. Hemm kejujuran itu penting, karena sekali bohong orang akan tidak percaya lagi pada kitaa, dan jika orang tidak percaya yah sudah kamu akan dikenal orng sebagai pembohong..


    Design gambar nya keren mbaaaaaaaaaaaa... Boleh lah ajarinn huhuhu.. Ajarin juga bahasa jawa..

    BalasHapus
    Balasan
    1. lho, mas andri enggak dari jawa ya......

      Hapus
  6. Hemm kejujuran itu penting, karena sekali bohong orang akan tidak percaya lagi pada kitaa, dan jika orang tidak percaya yah sudah kamu akan dikenal orng sebagai pembohong..


    Design gambar nya keren mbaaaaaaaaaaaa... Boleh lah ajarinn huhuhu.. Ajarin juga bahasa jawa..

    BalasHapus
  7. Salam kenal ya. Baru pertama mampir. Menegakkan kejujuran saat ini bagai memegang bara api.... Sangat sulit dilakukan. Makanya kejujuran itu wajib ditanam sejak balita

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya sangat setuju mas....tetapi itulah awal kehormatan diri

      Hapus

Posting Komentar

HIMBAUAN BERKOMENTAR :
1. Tersenyum Dulu | 2. Berkomentarlah sesuai dengan artikel diatas | 3. Gunakan Open ID / Name Url / Google+ | 4. Gunakan Bahasa Yang Jelas | 5. Jaga Kesopanan Ingat Pasal 27, Pasal 28, dan Pasal 29 UU ITE :) | 6. Jangan Nye-SPAM | 7. Maaf, link aktif otomatis terhapus| 8. Jangan Berpromosi | 9. Jangan minta transfer pulsa | 10. Begitulah.

Postingan Populer