Piye Perasaanmu, Kalau Suami Memilih Berbeda ?



Perbedaan adalah anugerah. Kalimat itu saya kenal dalam penggalan sebuah lagu di era tahun 80-an. Saya sendiri tidak tahu siapa penyanyinya.  Perbedaan sangat manusiawi. Bukankah adam dan hawa diciptakan berbeda oleh Tuhan, walau dari tulang yang sama. Atau bukankah siang tampak indah karena bergandengan dengan malam hingga matahari selalu menyapa rembulan menjelang gelap. Itu harmoni, bukan ?  

Seringkali justru ego lebih mengedepan mensikapi sebuah perbedaan. Hingga seperti sengaja mengingkari nilai-nilai intriksik yang terkandung dalam perbedaan, bahwa menjadi berbeda itu indah. Sulit sekali mempertemukan logika, hati dan ego dalam satu kompromi yang realistis sehingga ketiganya bersepakat bahwa sejatinya perbedaan bukan sebuah masalah.

Mungkin saja perbedaan semacam enigma, karena kadang menjadi bahan sengketa untuk sebuah hal yang tidak prinsip sekalipun. 

Saya juga terjebak pada egoisme perbedaan ini. Saya belum bersepakat dengan suami atas capres yang akan kita pilih pada pilpres 9 Juli nanti. Saya kadung menyakini PRABOWO sedangkan suami memilih JOKOWI. Saya bermaksud menyamakan presepsi dan pilihan. Apa kata orang kalau suami dan istri berbeda pilihan, lha wong seranjang saja bersama, pikir saya. 

Tetapi, saya tidak mau dituduh mengkhianati Azas pemilu yang dulu disebut LUBER - entah sekarang mempunyai singkatan apa. Saya tetap menghormati azas tersebut, karena "negosiasi" ini hanya saya lakukan terhadap suami.

Inti masalahnya adalah saya begitu mengidolakan Prabowo untuk memimpin republik ini. Karena permasalahan dasar berbangsa dan bernegara ke depan semakin komplek. Itu berarti membutuhkan sosok pemimpin yang trengginas, tegas dan berdedikasi dengan program kerja yang nyata. Sedangkan Suami lebih menghendaki capres yang dari kalangan rakyat bukan militer. Menurut suami, bila presidennya adalah dari sipil, maka dimungkinkan akan terjadi keselarasan program-program pembangunan dengan kehendak rakyat. Dua pemikiran yang berseberangan, bukan ?

Dalam banyak kesempatan saya selalu memprovokasi suami, apakah sudah yakin betul atas pilihannya dengan melihat wacana-wacana yang berkembang saat ini. Sebanyak itu juga suami berargumen dengan menunjukkan link-link berita batahan. Saya juga tidak mau kalah, saya juga bisa menunjukkan link-link berita seperti itu. Aneh, sepertinya kita berdua menjadi korban propaganda hitam yang saling menjatuhkan satu dengan yang lainnya. 

Dalam hal apapun, biasanya saya mengalah sama suami, tapi kali ini sepertinya tidak. Suami tidak tahu bahwasanya begitu sulit memutar uang belanja setiap bulan karena harga-harga kebutuhan pokok yang mengalami fluktuasi. Saya betul-betul membutuhkan sosok pemimpin yang berani mengambil kebijakan mengendalikan harga-harga. Ini jelas milik Prabowo. Saya yakin Prabowo bisa tampil seperti "Zorro" yang mampu membela bumbu dapur bagi ibu-ibu kelak.      
      
Atas dasar prinsip bumbu dapur itulah saya pantang menyerah membujuk suami untuk mengikuti pilihan saya. Aneh sekali ya, padahal kalau mau dilihat dari untung ruginya tidak ada keuntungan pragmatis apapun andai tetap memilih sesuai pilihan masing-masing, selain hanya memenuhi hak dan kewajiban sebagai warga negara untuk tidak Golput. Tetapi kapalang tanggung. Saya lebih tahu tentang biaya-biaya belanja tiap harinya dibanding suami. Saya berharap tidak salah menaruh harapan kepada Prabowo. Yakin !
  
Suami nampak anteng-anteng saja. Saya tidak bisa menebak apakah menguji keseriusan saya atau memang sudah tidak bisa tergoyahkan pilihannya. Saya yang sewot dengan sikapnya. Segala pengertian, argumen dan pendapat belum bisa menggoyahkan keyakinannya untuk memilih seperti pilihan saya. Tetapi saya tetap mempunyai obsesi.

Akhirnya tadi malam Jam 22.00, saya rebut remote TV dan berbisik ditelinganya,"Ayo Pah tidur....". Saya mendahuluinya rebah di ranjang dengan posisi telungkup. Sekali ini aku mau tahu jawabannya, siapa yang akan dipilihnya tanggal 9 Juli nanti.... 

.....dan tahukah anda apa terjadi dan apa jawaban suami ?  



Komentar

  1. Kalau nurut petunjuk KPU tu aturannya kalo coblos 1 sah, kalo yang dicoblos 2 tidak sah. #eh

    BalasHapus
    Balasan
    1. he..he...he...itu yang bener deh kayaknya....sip....:)

      Hapus
  2. saya setuju dengan pendapat mas ID, coblos itu yang harus 1 aja jangan dua kali coblog, nanti batal suaranya :D

    Perbedaan itu wajar kok mbak, yang penting jangan gara-gara itu rumah tangga berabe heehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. he...he...he...sepakat kalau cobolosnya 1 x - entar tanggal 9 saya juga nomor 1...:)

      Hapus
  3. menarik sekali info nya
    dan bermanfaat
    trmksh udah share info nya gan

    BalasHapus

Posting Komentar

HIMBAUAN BERKOMENTAR :
1. Tersenyum Dulu | 2. Berkomentarlah sesuai dengan artikel diatas | 3. Gunakan Open ID / Name Url / Google+ | 4. Gunakan Bahasa Yang Jelas | 5. Jaga Kesopanan Ingat Pasal 27, Pasal 28, dan Pasal 29 UU ITE :) | 6. Jangan Nye-SPAM | 7. Maaf, link aktif otomatis terhapus| 8. Jangan Berpromosi | 9. Jangan minta transfer pulsa | 10. Begitulah.

Postingan Populer