Kita Hidup Untuk 97,5%, Sisanya ?


Ketemu teman semasa es-em-a yang sudah sukses sore tadi menjadikan motivasi diri untuk mengikuti jejaknya. Sebut saja namanya Emak Ninik. Saya masih ingat betul masa-masa jadul disekolah dulu (SMA 2 Brebes). Tapi siapa yang bisa menduga, takdir telah menitipkan segenggam kesuksesan untuknya. Tanpa harus mengubah tabiat dan kerendahan hatinya.

Jus alpokat dan sepiring camikan ringan menjadi pelengkap kangen-kangen ini. Sesekali saya menyeka air mata menyimak cerita jungkir baliknya dia pada saat-saat awal mendirikan usaha catering.  Bagaimana dia harus "menyiksa diri" bangun jam 2 malam, menyalakan tungku dan memulai proses memasak, disaat sebagian orang masih terelap dalam dunia mimpi yang berwarna warni. Setelah jadi, makanan harus diantar kepada pemesan dengan menggunakan sepeda motor yang telah dipasang dua kerangjang, kanan dan kiri. Kebetulan suaminya bekerja di luar kota, jadi semua hal harus dilakukan sendiri. 

Emak Ninik

Emak Ninik juga bercerita, bagaimana dia harus menjual cincin perkawinannya untuk memulai bisnis catering ini. Bahkan terpaksa berurusan dengan bank karena rumah yang mereka tempati menjadi jaminan untuk mendapatkan sejumlah modal. Bak cerita sinetron, apa yang telah diperjuangkannya telah terbalas sekarang dengan usaha cateringnya yang semakin besar dengan omset ratusan juta per bulan. 


Dibalik apa yang telah diceritakan Emak Ninik, ada satu hal yang menggocang jiwa saya. Apakah itu ? Emak Ninik bilang bahwa hidupnya hanya berhak atas 97.5% saja. Dia tidak mau serakah dan menganggap bahwa semua bisa dimilikinya. "Tidak !" Ucapnya bersemangat. Sejak awal Emak Ninik menjalani bisnis catering ini, dia sisihkan 2,5% dari hasilnya untuk diserahkan kepada orang-orang miskin di lingkungannya sebagai zakat. Subhanallahh ! 

Seperti menampar wajah saya penuturan Emak Ninik ini. Saya jadi teringat kata bapaknya anak-anak, yang selalu "memaksa" saya untuk melakukan itu setiap awal bulan setelah menerima gaji. Ampuni hambamu ini Ya Allah, kiranya hamba kadang lalai menunaikan hal itu. Betapa dahsyat manfaatnya. 
Hari ini aku telah belajar hidup dari orang yang telah mengubah hidupnya dari getir menjadi manis, Emak Ninik ! Terima kasih Mak, telah menyadarkan aku.

#Oleholehkangenkangenan      

      

Komentar

  1. 2,5% dari hasilnya untuk diserahkan kepada orang-orang miskin di lingkungannya sebagai zakat

    Setuju mbak ......
    Salam Sukses Mulia

    BalasHapus
    Balasan
    1. he..he...iya...terima kasih...kunjungannya...:)

      Hapus

Posting Komentar

HIMBAUAN BERKOMENTAR :
1. Tersenyum Dulu | 2. Berkomentarlah sesuai dengan artikel diatas | 3. Gunakan Open ID / Name Url / Google+ | 4. Gunakan Bahasa Yang Jelas | 5. Jaga Kesopanan Ingat Pasal 27, Pasal 28, dan Pasal 29 UU ITE :) | 6. Jangan Nye-SPAM | 7. Maaf, link aktif otomatis terhapus| 8. Jangan Berpromosi | 9. Jangan minta transfer pulsa | 10. Begitulah.

Postingan Populer