Haruskah Memupuk Gengsi Karena Menjadi Emak?


Ilustrasi Emak Jualan
Credit Ilustrasi

Setengah hari ini untung berapa dari menjual Es Susu? 15 ribu rupiah. Alkhamdulillah. Senang sekali rasanya memulai bisnis direct selling seperti ini. Bisnis sampingan sebagai penjual es susu memanfaatkan waktu senggang setelah "ngojek" anak ke sekolah. 

Semula hanya iseng saja tetapi akhirnya membuat ketagihan. Malah berniat untuk saya tekuni dengan menaikan status sebagai distributor. Apa yang membuat ketagihan? Adalah waktu yang dibutuhkan hanya maksimal 30 menit menemui anak-anak SD yang olah raga dilapangan. 

Sebagai seorang emak atau ibu rumah tangga, saya menyadari bahwa roda ekonomi keluarga harus berjalan. Kebutuhan semakin hari semakin banyak dengan harga-harga yang terus melambung. Rasanya terlalu kasihan kepada suami menanggung beban sendiri dalam mencukupi kebutuhan keluarga. Kebetulan sekali suami mendukung dan berharap bisa besar nantinya. 

Beberapa tetangga sempat bertanya ke saya, apa gak malu jualan es dipinggir lapangan, kan sudah punya dagangan sembako dari beras hingga kecap dan pelanggan? Ah, saya tidak mau lebay dan terjebak pada kata malu, gengsi dan sejenisnya. Saya juga tidak mau terjebak pada status sebagai ibu rumah tangga semata yang konon hanya bisa "krido lumahing astho" alias menadahkan tangan menerima penghasilan suami di awal bulan. 

Jaman bisa berubah kapanpun juga tanpa kompromi. Status sebagai karyawan swasta yang disandang suami bisa terhenti seketika entah karena kebangkrutan perusahaan atau karena masa produktif suami dianggap sudah tidak ada dan perlu diganti dengan karyawan baru yang lebih fresh. Saya tidak berharap ini terjadi, akan tetapi siapa yang tahu ?  

Maka, karena roda ekonomi keluarga harus berjalan, saya mengesampingkan idealisme, rasa malu, gengsi, status pendidikan. Saya lebih cenderung berfikir seperti orang lulusan SD yang melakukan bisnis dengan cara nekat dan berani mengambil resiko. Intinya adalah kebutuhan keluarga tercukupi.

Apakah kalau kita tidak bisa makan, tetangga akan serta merta memberi makan dan menghidupi kita ? Kalau toh pun itu benar, maka paling hanya sehari dua hari. Selanjutnya ?

Saya berfikir realistis !

#PostedviaEmaildariPinggirLapangan


Komentar

  1. Saya juga orang yang nggak malu jualan, mak:) Asyik gitu kalau sudah berjualan..hehehe,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mal Erlin....iya mak....asik sekali loh kalau juala....semoga sukses ya mak jualannya...amien.

      Hapus
  2. Wah keren berani jualan, mau dong bagi ilmunya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah....tanpa ilmu mak, cuman modal nekat karena kefefet...:).

      Hapus
  3. patut kita ambil pelajaran berharga dari ini ,hebat banget

    BalasHapus
  4. ini menjadi satu pelajaran yang berharga untuk kita semua

    BalasHapus
  5. menambah wawasan sekali ,terimakasih,kami tunggu postingan postingan selanjutnya

    BalasHapus
  6. Setelah sayah membaca semua isi disini,sungguh sangat louarbiasa ini pengalaman baru dan banyk sekali hal-hal yang sayah dapatkan setelah membacanya

    BalasHapus
  7. Setelah sayah membaca semua isi disini,sungguh sangat louarbiasa ini pengalaman baru dan banyk sekali hal-hal yang sayah dapatkan setelah membacanya

    BalasHapus

Posting Komentar

HIMBAUAN BERKOMENTAR :
1. Tersenyum Dulu | 2. Berkomentarlah sesuai dengan artikel diatas | 3. Gunakan Open ID / Name Url / Google+ | 4. Gunakan Bahasa Yang Jelas | 5. Jaga Kesopanan Ingat Pasal 27, Pasal 28, dan Pasal 29 UU ITE :) | 6. Jangan Nye-SPAM | 7. Maaf, link aktif otomatis terhapus| 8. Jangan Berpromosi | 9. Jangan minta transfer pulsa | 10. Begitulah.

Postingan Populer